dunia anak dunia bermain anak bermain belajar aktivitas bermain mendidik anak
melatih emosi imajinasi kretivitas kejujuran mendidik anak menerapkan nilai spriritual
membentuk membangun karakter anak

25 Oktober 2008

# aNAk beLaJar

Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, dia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, dia belajar gelisah
Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, dia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, dia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan iri hati, dia belajar mendengki
Jika anak dibesarkan dengan rasa malu, dia belajar merasa bersalah


Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, dia belajar mencintai
Jika anak dibesarkan dengan ketekunan, dia belajar menghadapi tantangan
Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, dia belajar mengenali diri
Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, dia belajar dermawan
Jika anak dibesarkan dengan jujur & terbuka, dia belajar kebenaran & keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, dia belajar temukan cinta dalam hidup
Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, dia belajar berdamai dengan pikiran

writen by: Dorothy ...
dari blog Andre Handhana  http://handhana. multiply. com/journal
Baca selengkapnya ......

# Anugerah menakjubkan

Ketika Ephin putra sulungku lahir, Saya dan Suami begitu bersukacita. Terimakasih Tuhan karena Engkau telah menganugrahi kami seorang putera yang gagah. Saya dan Suami begitu ‘care’ terhadap pertumbuhan putera kami. Saat kami membawanya ke dokter untuk immunisasi, dokter katakan : “kalau anak pertama itu pasti dirawat oleh kedua orang tuanya, tapi kalau anak kedua dan seterusnya, ... tinggal ibunya saja yang merawat”. Entahlah, karena kami baru memiliki seorang anak.

Sejak bayi, Ephin Saya biasakan tidur sendiri di ‘box’nya. Saya juga mendidik dan membiasakan ia tidur tanpa harus di gendong terlebih dahulu. Walaupun ia belum bisa bicara tetapi saya selalu berkomunikasi dengan bertutur kata. Ia saya beri ASI. Tapi saya hentikan ketika ia berusia sembilan bulan. Ya terpaksa saya hentikan memberi ASI karena saya mulai hamil anak kedua.

Saya berharap anak kedua yang dalam kandungan adalah seorang ‘puteri’. Tapi kelahiran adalah Rahasia Tuhan. Tepat Ephin berusia 18 bulan, ‘adik’ nya lahir, seorang adik ‘laki-laki’. Syukur Tuhan, karena kembali Engkau menganugrahi kami seorang putera, yang kami beri ama Echa.

Sebagai ‘sulung’, Ephin begitu gembira mendapat seorang adik. Ia mau saja menjaganya. Saat adiknya, Echa, menangis, ia akan menarik saya untuk melihat adiknya. Baik Ephin maupun Echa, kami ‘biarkan’ untuk tidur sendiri, tidak tidur bersama kami di satu tempat tidur. Tidak seperti Kakaknya, si Adik saya beri ASI cukup lama, 18 bulan
Tak terasa, Echa telah berusia 2 tahun dan Ephin 3 tahun 6 bulan. Saya selalu memakaikan pakaian maupun sepatu yang sama, setidaknya motif yang sama.

Karena masing-masing sudah memiliki ‘mainan’, saya mulai mengajarkan untuk saling menghargai hak masing-masing. Jika Kakak mau main mainan Adik, ia harus minta izin adik. Begitu juga kalau Adik kepingin main mainan Kakak, ia harus minta izin terlebih dahulu kepada Kakak. Cara ini saya terapkan karena melihat pengalaman kemanakan-kemanakan saya waktu kecil yang sering ‘rebutan’ mainan bahkan kadang sampai ‘berkelahi’. Yang Kakak begitu saja ‘merebut’ mainan Adik dan Adik karena kepingin mainan Kakak, sampai harus menangis meminta ‘bantuan’ orangtua untuk mengambilkan mainan Kakak.Syukur, karena untuk hal mainan tersebut kelihatannya lancar saja.

Tetapi saya melihat hal lain dalam perkembangan putera-puteraku. Si kakak agak tenang cenderung pendiam tetapi si adik justru lincah. Itu nampak sekali pada saat bermain dengan ‘sepupu-sepupunya’. Adik leihatan lebih familiar, sementara Kakak tenang dan ‘mengawasi’ adik. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Kakak yang beusia 4 tahun dan Adik yang 2 tahun 6 bulan, telah bisa mengendarai sepeda kecil, roda dua, tanpa roda bantuan. Kakak begitu peduli dengan apa yang saya kerjakan, sementara adik tidak begitu menghiraukan. Kakak serius melihat buku-buku tetapi adik lebih senang dengan gambar-gambar. Dan banyak hal lagi yang menunjukkan ‘perbedaan’ antara keduanya dalam usia tersebut, sebelum bersekolah..

Dalam mendidik dan mengajar serta memperlakukan mereka, saya memberi porsi yang sama, Tetapi mengapa sikap perilaku mereka berdua kini menunjukkan perbedaan?.Suatu ‘misteri’ yang Saya ikuti dengan saksama. Bagaimana dengan waktu-waktu yang akan datang? Apakah akan makin banyak ‘perbedaan’?
Terimakasih Tuhan, karena anugerahMu yang unik menakjubkan
Baca selengkapnya ......